JurnalPost.com – Bekam disebut juga hijamah, berasal dari kata “al-hajmu” yang artinya “menghisap” dalam bahasa Arab. Dalam konteks ini, “hajama asy-syai’a” berarti “menghisap sesuatu”, sedangkan “al-hajim” dan “al-hajjam” berarti “menghisap”. Tindakan ini biasa disebut dengan “al-hijamah” dan secara khusus, bekam mengacu pada proses mengeluarkan darah dari kulit dengan cara disedot kemudian dikumpulkan dalam cangkir.
Dengan kata lain, perbankan adalah suatu terapi yang diriwayatkan oleh Rasulullah yang melibatkan pengambilan darah dengan menggunakan gelas dan alat pengisap pada kulit melalui sayatan selebar 1 cm dan kedalaman 4 mm yang menembus lapisan epidermis.
Meski sudah ada selama ribuan tahun, bekam masih dianggap sebagai bentuk alternatif terapi tradisional. Namun, belum ada bukti medis atau ilmiah kuat yang mendukung klaim bahwa bekam benar-benar memberikan manfaat kesehatan. Beberapa penelitian melaporkan perbaikan gejala penyakit setelah terapi bekam, namun banyak yang mengklaim bahwa perbaikan ini lebih berkaitan dengan efek plasebo daripada perubahan fisik atau kimia dalam tubuh (pseudoscience). Tinjauan literatur bahkan menyebutkan bahwa manfaat perbankan belum memiliki dukungan medis yang memadai.
Prinsip utama dari prosedur bekam adalah penggunaan ruang hampa untuk menyedot kulit. Tekanan negatif ini diduga menarik jaringan lunak dan pembuluh darah di bawah kulit ke permukaan. Selain itu, tekanan negatif juga dipercaya mampu menarik racun, toksin atau zat berlebih dari jaringan dalam untuk naik ke permukaan kulit atau terkumpul di pembuluh darah pada titik penonjolan. Sayatan atau luka di area bekam digunakan sebagai cara untuk mengeluarkan zat-zat berbahaya tersebut hingga akhirnya menghilangkan tubuh dari efek berbahaya yang ditimbulkan oleh zat-zat tersebut.
Beberapa teori mendukung efek bekam terhadap nyeri muskuloskeletal:
• Teori Gerbang Nyeri: Teori ini mempengaruhi nyeri kronis dengan mengubah pemrosesan sinyal pada tingkat nosiseptor di sumsum tulang belakang dan otak.
• Terapi zona refleks: Merangsang pengisapan hanya pada titik yang terkena, kemudian sel darah merah dilepaskan dari sistem pembuluh darah ke area jaringan sekitarnya tanpa merusak kapiler. Ini dikenal sebagai diapedesis kering. Prinsip hubungan antara satu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya dapat dipahami melalui interaksi jalur saraf, otot, dan kimia.
Penelitian menunjukkan bahwa bekam tampaknya efektif dalam mengobati berbagai kondisi muskuloskeletal yang menyakitkan. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi hasil ini, mengevaluasi efektivitasnya dibandingkan pengobatan standar, dan memperhatikan efek jangka panjangnya. Komplikasi perbankan jarang terjadi, namun ketidakmampuan terapis dapat menyebabkan beberapa masalah. Oleh karena itu, bekam sebaiknya hanya digunakan oleh praktisi yang telah menjalani pelatihan khusus dan terkontrol. Hasil penelitian dan pengalaman pasien mendukung anggapan bahwa bekam dapat dianggap sebagai pengobatan yang aman dan efektif untuk kondisi muskuloskeletal yang menyakitkan dan dapat menjadi teknik terapi dalam pengobatan muskuloskeletal.
Bibliografi:
1. Shen WC, Jan YK, Liau BY, Lin Q, Wang S, Tai CC, dkk. “Efektivitas Terapi Bekam Kering dan Basah yang Dikelola Sendiri untuk Nyeri Punggung Bawah: Tinjauan Sistematis dan Analisis Meta.” Kedokteran (Amerika Serikat). 2022 23 Des;101(51).
2. Mohamed AA, Zhang X, Jan YK. “Analisis Bukti dan Efek Merugikan Terapi Bekam dalam Rehabilitasi Muskuloskeletal dan Olahraga: Tinjauan Sistematis dan Berbasis Bukti.” Dalam: Jurnal Rehabilitasi Punggung dan Muskuloskeletal. Jil. 36. IOS Tekan BV; 2024. hal. 3–19.
3. Al-Bedah AMN, Elsubai IS, Qureshi NA, Aboushanab TS, Ali GIM, El-Olemy AT, dkk. “Perspektif Medis tentang Terapi Bekam: Efek dan Mekanisme Aksi.” Dalam: Jurnal pengobatan tradisional dan komplementer. Jil. 9. Universitas Nasional Taiwan; 2019. hal. 90–7.
Penulis: Azura Yuditia Zahra
FK UIN SH Jakarta
Quoted From Many Source